Kuliah adalah idaman atau keinginan sebagian siswa yang telah meninggalkan jejak SMA, misalnya saya. Sejak saya duduk di bangku SMA, saya mempunyai cita-cita untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Malang (UM) dengan memilih jurusan Matematika. Setelah saya lulus, saya mangikuti semua tes masuk UM. Mulai dari PMDK, tes Mandiri I, SNMPTN, dan tes Mandiri II. Pada waktu itu saya mengikuti tes pertama yaitu PMDK dengan memilih prodi Pendidikan Matematika untuk yang pertama, sedangkan pilihan prodi kedua belum saya isi karena masih bingung. Akhirnya saya berkonsultasi dengan orang tua saya. Mereka menginginkan saya untuk memilih prodi Pendidikan Fisika. Daripada kosong, saya mengisi formulir tersebut dengan prodi tersebut. Saya mengalami kegagalan pada tes pertama. Namun, saya tidak putus asa. Saya sangat menyadari bahwa peluang saya untuk diterima melalui tes ini sangat kecil. Hal ini dapat saya ketahui dari pengalaman kakak – kakak kelas saya sebelumnya. Selain mengikuti PMDK UM, saya juga mengikuti PMDK Poltekes Malang, namun orang tua saya tidak merestui. Seperti yang awal, saya gagal pada PMDK Poltekes. Sebagai langkah berikutnya, saya mengikuti tes Mandiri I dan SNMPTN yang pada waktu itu pendaftarannya sama. Agar saya bisa lulus tes ini, saya mengikuti bimbingan belajar (bimbel). Saya mengikuti bimbingan ini hanya 2 minggu padahal waktu yang disediakan 2 bulan dari bimbel tersebut. Saya memutuskan mengikuti bimbel ini setelah saya mengetahui saya tidak lulus PMDK Poltekes padahal waktu bimbel telah berjalan 1 bulan. Dengan keberanian dan kesungguhan saya agar saya bisa masuk UM, saya memaksa orang tua saya untuk mendaftarkan bimbel tersebut. Saya sangat kasihan melihat orang tua saya. Mereka membayar uang bimbel tersebut dari pinjaman. Saya menyadari betapa saya memaksakan kehendak terhadap orang tua saya. Saya berusaha keras dan tekun dalam mengikuti bimbel ini dan setiap sebelum bimbel dimulai, saya berdoa bahwa saya mengikuti bimbel agar bisa mengerjakan tes masuk UM agar orang tua saya tidak rugi. Tes Mandiri I dan SNMPTN telah saya jalani dengan memilih prodi yang sama. Saya sangat terkejut, ternyata tes Mandiri I saya gagal. Saya sangat sedih dan putus asa karena peluang saya sangat tipis. Saya sangat sedih sekali dan malu karena telah mengecewakan orang tua saya. Saya hanya bisa mengandalkan SNMPTN tetapi saya hanya yakin 50% karena begitu banyaknya peserta yang ikut baik dari dalam maupun luar
Pengumuman SNMPTN tiba, saya mendapat berita dari teman saya bahwa saya lulus SNMPTN. Saya sangat terkejut dan esoknya saya melihat pengumuman tersebut. Saya dan orang tua saya sangat bersyukur sehingga mengadakan tasyakuran kecil-kecilan. Di balik kebahagiaan tersebut, saya sangat sedih karena saya tidak diterima prodi Pendidikan Matematika tetapi diterima di prodi Pendidikan Fisika. Sebenarnya saya takut, karena sejak SMA saya tidak begitu mahir dalam bidang fisika. Saya menganggap bahwa fisika adalah setan yang membuat kepala tambah pusing, dengan kata lain, fisika sangat sulit. Saya berfikir, jika saya menolak masuk UM, pasti orang tua saya sangat sedih, merasa rugi besar, dan belum tentu kesempatan ini terulang kembali. Seandainya saya menerima atau memilih untuk masuk, saya merasa tersesat dan takut tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas yang akhirnya putus di tengah kuliah. Saya juga berkonsultasi kepada salah satu guru di SMA saya. Beliau menyarankan agar saya mengambil prodi ini, mengingat di sekolah saya sangat minim sekali guru fisika dan beliau menyuruh saya agar saya belajar dengan teku agar lulus dengan nilai yang memuaskan dan bisa mengajar di sekolah saya sendiri. Dua hari sebelum registrasi, saya sempat bergurau dengan orang tua saya tentang apa saya jadi masuk UM. Orang tua saya tertawa dan berkata dengan semangat bahwa saya jadi kuliah di UM. Akhirnya, dari usulan guru saya dan keinginan orang tua saya, saya mengambil prodi Pendidikan Fisika. Saya akan mengubah keadaan agar saya tidak merasa tersesat di bidang ini tetapi merasa senang karena memang ini jalan yang harus saya tempuh. Kini, saya sedikit demi sedikit merasa bahwa fisika adalah pilihan yang tepat bagi saya.
Setiap pilihan pasti ada risiko. Kini saya harus mempersiapkan mental untuk menerima semua risiko dan tidak boleh ada kata menyesal karena inilah jalanku dan kehidupanku sekarang. Perjuangan masih panjang, mulai sekarang saya harus mengejar ketertinggalan saya dalam ilmu-ilmu saat SMA terutama ilmu fisika. Saya harus bisa belajar dengan tekun dan meraih nilai yang baik agar saya dalam meraih cita-cita tidak menemui kesulitan yang besar. Kini cita-cita saya adalah menjadi seorang Guru Fisika terutama menjadi guru di sekolah saya baik itu SMP atau SMA dan membuka bimbingan belajar agar para siswa di daerah saya tidak menemui kesulitan seperti saya dulu dan menganggap fisika bukan hal yang harus ditakuti melainkan hal yang dinikmati. Semoga Tuhan memang menakdirkan saya di Fisika dan apa yang saya rencanakan ini dikabulkan oleh Tuhan. Amien.
atau download disini
0 komentar:
Posting Komentar