Selasa, 05 Januari 2010

SEPATU KACA



Siapa coba yang ga tau KACA?!!? Benda bening nan cling ini identik banget ma SEPATU KACA yang berslogan  “Kreatif, Aktif, Cakap, dan Asyik dech…” folosofinya sich, pengen bisa berpikiran bening serta berotak cling. But, rupanya slogan ini tlah disalahartikan oleh banyak orang menjadi “Kakean Cangkem”(sebenere emang bener sich!) namun semua itu ga membuat kecil hati warga SEPATU KACA, justru hal tersebut malah dijadikan cambuk untuk meraih prestasi. So, ga Cuma omong doank kaya’ slogan yang udah diplesetin tuch. Warga SEPATU KACA (SK Members) juga berusaha buat mengukir sejuta prestasi terbaik di bumi SMANGAT tercinta tentunya (kalo bisa sich ampe luar negeri, Amien).

Di bawah asuhan Daddy Doddy selaku guru B.Inggris yang punya segudang prestasi yang tentunya membanggakan sekolah. Dengan system pemerintahan yang demokrasi, SEPATU KACA melangkah. Diketuai oleh Alif Fingka (PINK-I) yang bijaksana dan penuh wibawa tapi cengeng banget…! And takut ma kucing. Dibantu oleh wakilnya Luky P (Lucky), asset terlaris si SK yang agak pemalu tapi untunge ga malu-maluin & hatinya tlah kembali mengidap virus CTM (Cewek Item Manis). Tyuz membernya terdiri atas : Aan (Benthoenk) pemuda big body yang punya sejuta alibi buat absent skul and STAN(Sok Tau Abiz Man..!); Ainun (c-poet) gadis kecil yang memilki kecepatan layaknya seekor siput dan bergelar Si Mbok; Ajik (Kiyut) provokator di Republik SK yang bener-bener kiyut abiz tapi agak minder+murung tuch!; Andhini (Intan) cewek jangkung berbodi kutilang darat yang kadang luanas tapi jujur meski bikin sakit ati; Chandra (rE-cHan) toa khas SK yang gila lagu ampe bibir ngalamin pemuaian; Dian (Sure) cewek yang agak belibet  kalo ngomong & baru-baru ini hijrah ke London ; Diannisa (D-Sweet) dara berjilbab yang mahal suaranya & kadang-kadang CuMi(Cucah Mireng); Dwi Sri (DWys) Pink lover hasil budidaya “Bonzai-bonzainya SK dengan system radiasi sinar K(Kuntet); Evi (Ephot) Si pelor yang asal nempel langsung molor tapi baek loch!; Fifia (CeeFhian) Si Sapi 1 yang doyan banget makan tapi sekarang agak seksi tuch!; Galih (Gembur) cowok pendiem tapi menghanyutkan & cem-ceman Sang Ketua dulu, nie anak kadang-kadang konyol juga;  Gatot (Ayah) tampang pornonya bikin Nak SK susah nglupain dia & bingung Ibunya capa???; Gugus (Nidji) The Holic yang baru-baru ini berubah aliran ke rege dan Si Pawang Ujan SK; Halla (Bonetto) Gadis Sla-3 yang melarikan diri dari Joko Roro dan agak cerewet; Jalis (J) kodok SK yang item manis dan gandrung banget warna ungu &kalo ketawa punya nada kaya’ kuntilanak nyanyi; Kharisma (This Tea) Si periang berdomisili Ngantru yang ga bisa tinggi-tinggi coz suka makan pedes-pedes and agak manja ce….!; Linda (Liens) gadis NoJUp and kecil yang kelebihan vit. C (Colex); Maria (ME) perawakannya yang kecil membuatnya dipanggil “adek” and sering terlambat, padahal bangunnya pagi banget lho…!; Maulika (Uyce) warga termuda yang mendiami SK, sikapnya Childist tapi mendadak terkontaminasi virus Endel-Goel; Meylia (Melly) Si Sapi 2 yang lucu &imoet tapi nie cewek lo ga enak ati judesss banget Awass… pohon tumbang…he….; Novia (You-Za) anak mami dari Jabon Garut yang setengah pendiem, setengah cerewet apalagi debat dengan Sure; Novita (Nobhita) Soulmate-Nya Doraemon yang sizenya hamper sama ma Doraemon dan nie cewek P2(Pemberani & Pedes); Retno (Jumynten) ati-ati ma cewek cantik and modis nie, kalo gi ga enak ati bisa-bisa kena absensi; Reza (Y) Olahragawan yang pinter pake tangan kiri yang baru aja dapet penghargaan SK Awards sebagai penghasil keringat terbanyak; Riza (I-nul) si cewek Bahenol ke-Emak-emakan and Wonder Woman; Rizqa (Solmet) gadis introvert yang pemurah, rambutnya juga wahhh…!; Rolisa (Cou-Zi) Si gesut irit yang judesss pollll!; Silka (Siluman) Si hitam yang lembut bagai sutera tapi mengkilat kaya’ silver so Awas Berkarat,he…!; Mila (Viensi) Bu Nyai penyabar dan otaknya tok Cer tapi lo ketawa ampe nangis lho…! Eits nie cewek kadang-kadang lo ngomong bikin SK Members lain tercengang coz nusuk ati bangeet!; Widya (PhinowKio) atlet kelewat slim yang tergabung dalam KNPF (Kaum Narsiz Pencinta Foto) tapi agak jorok sich…!; Wulan (Onsu) Miss Panic dan menghanyutkan bagai air yang masakane ueenak banget; Frinda (Ndoet) Si bolang Cinta yang hobby pingsan alias semafut tapi baek lho…!; and the last member is….Erna

 (R-naz) cewek doyan wisata kuliner, ampe-ampe SK Members mo ngumpetin makanane lho….! Coz dah makan ko ngaku lom makan ce…!

            Itulah SEPATU KACA Members yang bersatu dengan segala kombinasinya, mengisi kekosongan dengan suka-duka dan merenda kenangan yang terangkai indah dan tak terlupa sampai usia merayap senja. Namun manusia tidaklah sempurna. Oleh karena Itu, maafkanlah tiap laku dan kata yang pernah meninggalkan goresan luka. Semoga kehadiran SEPATU KACA menjadi lebih berarti bagi semua orang. And buat SK Members, jangan lupa semboyan utama “1 Hal yang tlah merangkai Persatuan kita, that is Makanan”

SALam SK BolopLeekk!!

 

SEPATU KACA

MACAM-MACAM KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK

BAB I

 

PENDAHULUAN

 

 

 

A. Latar Belakang

 

Manusia adalah makhluk individu dan sosial yang memiliki kelemahan dan kelebihan. Selain itu, manusia tidak dapat hidup dan tidak berdaya tanpa bantuan oang lain. Bantuan yang diberikan oleh manusia lain itu sebagai perwujudan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Bermacam-macam cara yang dilakukan oleh masing-masing individu dalam membantu individu lainnya. Misalnya para guru membantu para orang tua dalam mendidik anaknya. Anak berperan sebagai peserta ddik sehingga setiap guru harus  mempunyai tanggung jawab untuk ikut berperan dalam membentuk kepribadian yang lebih baik dan mengajarkan ilmu agar kelak dapat menjadi insan yang berintelektual dan berguna bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Meskipun peran guru ini sebenarnya bukan komponen utama dalam menentukan kepribadian peserta didiknya.

Buchori (1982:92) mengungkapkan “kepribadian berarti integrasi dari seluruh sifat seseorang baik sifat-sifat yang dipelajarinya maupun sifat-sifat yang diwarisinya, yang menyebakan kesan yang khas, unik  pada orang lain”.

Memahami karakteristik  kepribadian peserta didik tidaklah mudah. Sehingga antara pendidik dengan peserta didik sama-sama belajar. Dari proses belajar tersebut, banyak pendapat-pendapat atau hasil penelitian tentang macam-macam kepribadian peserta didik yang bertujuan agar terjadi kesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Jika dalam kehidupan atau ruang lingkup pendidikan, salah satunya dapat bertujuan untuk memperlancar proses pembelajaran agar sasaran dan ilmu yang disampaikan dapat maksimal saat diterima masing-masing peserta didik. Sehingga dapat dikatakan bahwa memahami kepribadian peserta dapat dianggap modal atau langkah awal para pendidik sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Karakteristik kepribadian sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran karena pelajaran atau materi dapat dipahami oleh peserta didik saat peserta didik dapat fokus terhadap apa yang sedang dibahas. Sebelum membuat peserta didik fokus terhadap materi atau pelajaran yang pendidik berikan, langkah awal pendidik adalah membuat peserta didik fokus kepada pendidik. Apabila para pendidik telah berhasil membuat fokus para peserta didik kepada pendidik, maka dengan mudahnya para pendidik melangsungkan kegiatan belajarnya. Maka dari itu, penulis tertarik untuk memberi tahu tentang macam-macam kepribadian anak.

 

 

B. Rumusan Masalah

 

Rumusan masalah pada makalah ini, antara lain:

1.      Apa yang dimaksud dengan peserta didik dan belajar?

2.      Apa macam-macam kepribadian atau karakteristik pada  peserta didik?

3.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian?

4.      Apa pengaruh yang muncul akibat kepribadian peserta didik terhadap proses pembelajaran?

 

 

C. Tujuan Penulisan

 

Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai berikut:

1.      Mengetahui arti atau maksud tentang peserta didik dan belajar.

2.      Mengetahui macam-macam kepribadian atau karakteristik pada  peserta didik.

3.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian.

4.      Memahami  pengaruh yang muncul akibat kepribadian peserta didik terhadap proses pembelajaran.

BAB II

 

PEMBAHASAN

 

 

 

A.    Pengertian Peserta Didik

 

Menurut Sinolungan (dalam Kurnia, 2007: 4) menyatakan bahwa penegertian peserta didik dibagi menjadi dua, yaitu dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas, peserta didik adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat. Sedangkan dalam arti sempit, peserta didik adalah setiap siswa yang belajar di sekolah. Peserta didik merupakan subjek fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Sehingga para guru harus merasa  atau menganggap bahwa pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas atau kesatuan.

 

 

 

B.     Pengertian Belajar

 

Pada hakikatnya, belajar merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang diperoleh melalui proses interaksi dengan lingksungannya” (Wijaya,  1998: 233). Selain itu, perbuatan belajar adalah suatu aspek dari suatu bagian organism yang menganggap atau memandang perbuatan bekajar sebagai suatu aspek dari tingah laku seluruh organism” (Kurnia, 2007: 6)

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinyu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada suatu kemajuan. Belajar tidak hanya tentang pengetahuan saja, tetapi juga tentang etika, menegndalikan diri, dan lain-lain.  Dengan belajar tersebut, diperoleh kepribadian-kepribadian yang sifatnya umum (akibat dari lingkungan) baik kepribadian baik maupun buruk. Jadi, belajar berfungsi sebagai jalan untuk berpengetahuan tinggi dan berkepribadian yang baik.

 

 

 

C.    Macam-macam karakteristik kepribadian

 

Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal.

 

Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan

 

Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:

·         Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif  bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.

·         Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.

·         Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.

 

 

Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan

 

Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:

·         Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.

·         Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.

·         Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive), neurotik.

·         Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.

·         Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.

·         Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.

·         Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.

·         Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.

·         Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.

·         Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.

·         Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.

·         Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.

 

 

Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)

 

Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temperamen seseorang. Tepe kepribadian itu antara lain:

·         Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.

·         Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.

·         Tpe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.

·         Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan.

 

 

Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa

 

Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:

·       Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.

·       Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.

·       Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.

Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic).

 

 

Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)

 

Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:

·         Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.

·         Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.

Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.

 

 

Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan “karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:

1.      Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.

2.      Anak yang biasa-biasa saja.

3.      Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dekolah”.

 

Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa:

 

Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa puber.

 

 

  Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)

Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses penegmbangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

 

 

  Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)

Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.

 

 

  Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)

Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional, perilaku negative dan lai-lain, serta membantunya agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di sekitarnya.

 

 

 

D.    Perkembangan kepribadian

 

“Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata ini berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti “topeng” atau seorang individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya dan memerankan tokoh lain dalam drama” (Buchori, 1982:91). Sehingga kepribadian seseorang adalah perangsang dari orang tua atau kesan yang ditimbulkan oleh keseluruhan tingkah laku orang lain.

Kepribadian bersifat dinamis (tidak statis), dan melainkan berkembang secara terbuka sehingga manusia senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan perkembangan. Kepribadian selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya dan berkembang bersama-sama dengan lingkungannya, serta menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan anak, karena tiap anak mempunyai pengalaman belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Dalam perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat seseorang merupakan hal atau komponen penting. “konsep diri merupakan konsep, persepsi, maupun gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai bayangan dari cermin diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya” (Buchori 1982).

Menurut Suadianto (2009) menerangkan bahwa

 

Sifat mempunyai dua ciri yang menonjol, yaitu:

(1) Individualistis yang diperlihatkan dalam kuantitas ciri tertentu dan bukan kekhasan ciri bagi orang lain.

(2) Konsistensi yang berarti seseorang bersikap dengan cara yang hampir sama dalam situasi dan kondisi yang serupa, konsep diri merupakan inti kepribadian yang mempengaruhi berbagai sifat yang menjadi ciri khas kepribadian seseorang.

 

Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa

 

Mengenai perkembangan pola kepribadian, ada 3 faktor yang menentukan perkembaangan kepribdian seseorang termasuk peserta didik, yaitu:

1.      Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, misalnya sifat sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya.

2.      Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil. Pengalaman itu membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dalam mengadakan penyesuaian diri dan sosial pada perkembangan kepribadian periode selanjutnya.

3.      Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat kuat sehingga mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk pada diri seseorang.

 

Pada perkembangan kepribadian pesera didik, tidak ada kepribadian dan sifat-sifat yang benar-benar sama. Tiap anak adalah individu yang unik  dan mempunyai pengalaman belajar dalam penyesuaian diri dan sosial yang berbeda secara pribadi. Menurut Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal penting dalam perkembangan kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian atau persistensi. Artinya, terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap dan  relatif tidak berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus terhadap diri seseorang. Persistensi dapat disebabkan oleh kondisi bawaan anak sejak lahir, pendidikan yang ditempuh anak, perilaku orang tua dan lingkungan kelompok teman sebaya, serta peran dan pilihan anak ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial.

 

 

E.     Pengaruh kepribadian terhadap peserta didik

 

Memahami karakter seseorang memang sangat sulit, namun sangat penting. Apalagi kita sebagai pendidik selalu bersama dengan peserta didik yang sangat banyak dan masing-masing mempunyai karakter-karakter tersendiri. Keadaan atau proses beajar dan mengajar tidak dapat berjalan dengan baik apabila kita tidak saling mengenal dengan peserta didik. Saling mengenal tidak harus dengan menghafal nama-nama dari peserta didik, tetapi pendidik harus mengenal kepribadian dari murid-muridnya.

Berdasarkan tipe-tipe kepribadian yang telah tercantum di atas bahwa setiap sifat yang baik pasti ada sifat yang jelek. Ada peserta didik yang diajak berbicara selalu merespon, ada peserta didik yang periang, ada sifat atau pribadi yang tertutup, ada peserta didik yang kurang menghargai pendidikya dan mengaggap suatu hal biasa. Kita sebagai pedidik, kita harus mengendalikan ego dan menambah kesabaran saat berinteraksi dengan peserta didik untuk mengingatkan bahwa hal tersebut salah, benar, sopan dan lain-lain. Misalnya, anak yang suka bergurau dan menganggap guru adalah teman, saat pendidik melakukan kesalahan dan peserta didik mengejek dengan kata kurang sopan. Apabila kita langsung memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita, maka kita akan ditakuti oleh dia dan bisa saja peserta didik tersebut dan yang lain langsung merasa tegang dan akhirnya pada saat peajaran, bukan suasana yng menyenangkan  yang didapat melainkan suasana tegang. Kita sebagai pendidik harus melihat kepribadian siswa tersebut apakah mudah tersingung atau tidak. Bila murid tersebut tidak muah tersinggung, kita bisa mengingatkan kesalahannya dengan cara lelucon. Namun bila dia mudah tersinggung maka kita bisa menegur saat di luar jam pelajaran. Bila suasana yang tercipta adalah tegang maka materi yang diberikan tidak diserap hingga maksimal dan akhirnya prestasi menurun.


BAB III

 

PENUTUP

 

 

 

Kesimpulan

 

Peserta didik mserupakan subjek utama dalam penyelenggaran  pembelajaran. Tugas utama peserta didik adalah belajar, yaitu kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan perilaku dari segala aspek, mulai dari kognitif sampai psikomotorik.

 

Selama proses belajar berlangsung, pengembangan kepribadian peserta didik pun ikut berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada. Begitu banyak tipe dan karakteristik dari kepribadian dan tiap individu.

 

Dan setiap orang memiliki kepribadian yang tidak sama, sehingga dengan ketidaksamaan tiap individu, para pendidik harus bisa memahami kepribadian masing-masing agar prestasi peserta didik satu dengan peserta lainnya mempunyai peluang yang sama tanpa membuat kepribadian buruk mereka muncul.



DAFTAR RUJUKAN

 

 

 

Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars.

Wijaya, Juhana. 1988. Psikologi Bimbingan. Bandung: PT Eresco.

Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.

Suadianto. 2009. Pentingnya Mengenak Ke[ribadian Siswa untuk Meningkatkan Prestasi Belajar, Online (http://h2dy.wordpress.com/2009/02/17/pentingnya-mengenal-kepribadian-siswa-untuk-meningkatkan-prestasi-belajar, diakses tanggal 6 November 2009).

 


JIWA DAN TUBUHKU

JIWA DAN TUBUHKU

Aku adalah seseorang yang buta dunia dan akhirat. Bila aku bisa memilih, aku ingin hidup di dunia yang kekal tanpa kebimbangan dan berkobarnya hawa nafsu. Agamaku adalah Islam, tapi yang aku ragukan “Islamkah aku? Kehidupanku tak lepas dengan lingkungan yang terus dan terus membodohiku.
Saat aku berjalan di perempatan jalan yang sepi tiba-tiba ada suara. Seseorang bertanya , “Hai kaum hawa, apa keyakinanmu, sehingga kau pelototkan auratmu?”
Akupun menjawab,”Hai saudaraku, aku memakai busana rapat dan ini jelas bahwa agamaku, keyakinanku, dan imanku adalah islam. Yang kusembah hanyalah Dia, Pemilik Jagad Raya, yaitu Allah SWT.”
Dengan tersenyum jijik dan mengerutkan kening, dia pun kembali bertanya,
“sungguh? Aku tahu bahwa kau memakai kerudung putih yang membuat wajahmu cantik, tetapi tidak untuk leher sampai kakimu yang membuat semua laki-laki di jagad raya ini terpesona kecuali aku. Apakah Islammu hanya di muka saja atau hanya di lapisan kulitmu?”
Waktu itu, terik matahari mulai menusuk ubun-ubun dan membuat keadaan semakin kacau. Semua ranting dan dedaunan tak henti-hentinya menghantamku dengan kotoran debu. Tubuh terkena guyuran keringat tiada henti. Aku tak tahu apa yang tlah terjadi pada diriku, jantungku berdetak serasa detik-detik bom akan meledak, sel tubuh berhenti sejenak untuk menyasikkan ledakan hebat. Matanya yang tajam telah menusuk jiwa, akhirnya dengan langkah nekat kuberanikan untuk melihat busanaku. Sungguh betapa malunya aku! Aku menyimak apa yang ada padaku. Aku memang memakai kerudung putih, kerudung favorit, buah tangan dari orang tuaku. Aku memang memakai baju lengan panjang berwarna hijau muda polos, tetapi sungguh terlihat lekuk tubuhku yang…! Lekuk dada yang menonjol. Selintas terbesit “Ternyata aku seksi juga ya…?”
Kulanjutkan pandanganku ke bawah. Saat itu aku memakai celana pensil warna hitam. Dengan celana itu, tampak sekali pergelangan kaki dan pahaku yang kecil, mungkin dari belakang terlihat betapa besarnya pantatku. Aku ungguh malu, aku tlah berdosa telah membangkitkan hawa nafsu Si buaya darat.. tiba-tiba aku mendengar suara buku terjatuh. Kupejamkan mataku sejenak lalu ku mencari asal sumber suara itu. Ternyata bukunya terjatuh dan dia permisi untuk melanjutkan perjalanannya. Akhirnya aku berjalan cepat untuk pulang ke kos-kosan yang jaraknya sekitar 1 m dari tempatku diadili.
Sampai di rumah, aku kunci rapat-rapat kamarku. Kulepas kerudungku dan kuluapakan emosiku.
“ Emangnya tu cowok siapa? Kenal aja enggak! Kenapa aku yang dimarahi? Padahal orang di luar sana banyak yang ga’ pake’ jilbab. Pake’ rok mini, puser keliatan, pake’ kaos masuk angin. Masih bagusan aku donk!”
Aku terus duduk termenung, 5 menit kemudian aku ganti busana itu dengan busana yang aku beli waktu lebaran 3 bulan yang lalu dan hanya aku pakai sekali saat shalat Idul Fitri. Aku berdiri di depan kaca tempatku bersolek. “Sungguh anggunnya diriku jika aku memakai seperti ini. Jiwaku terasa tentram dan damai. Mengapa tidak dari dulu aku berpakaian seperti ini?”, ujarku. Aku duduk termenung di tempat tidur sambil kupeluk guling berwarna hijau. Kini aku sadar sesungguhnya aku memakai jilbab bukan aku ingin menutup aurat, bukan aku ingin melaksanakan perintah Allah tapi aku seperti ini gara-gara cowokku tlah direbut cewek yang berkerudung. Padahal tu cowok berjanji hidup dan matinya hanya untuk aku. Aku memakai kerudung supaya cowok-cowok suka padaku, Tapi itu sudah berlalu, tanpa terasa aku meneteskan air mata. Lalu terbesit dalam anganku adalah cowok yang tadi. Dia lumayan cakep, hidung sedang, kulit kuning, memakai celana hitam panjang dan longgar dan dia memaki baju putih lengan panjang. Baru kali ini, ada seseorang yang berani menggurui aku, padahal aku adalah orang yang suka menggurui tapi tak suka digurui oleh siapa pun termasuk orang tuaku. Kali ini, aku harus mengalah karena yang dia ucapkan itu benar. Jika aku bertemu dia nanti aku akan mengucapkan terimakasih. Sebelum aku beranjak dari tempat tidurku untuk shalat ashar, kini aku sadar islam bukan tubuhku tapi islam adalah jiwaku.
(Pink-1/FinRed)

Sabtu, 02 Januari 2010

Tuhan Menakdirkan saya di Fisika

Kuliah adalah idaman atau keinginan sebagian siswa yang telah meninggalkan jejak SMA, misalnya saya. Sejak saya duduk di bangku SMA, saya mempunyai cita-cita untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Malang (UM) dengan memilih jurusan Matematika. Setelah saya lulus, saya mangikuti semua tes masuk UM. Mulai dari PMDK, tes Mandiri I, SNMPTN, dan tes Mandiri II. Pada waktu itu saya mengikuti tes pertama yaitu PMDK dengan memilih prodi Pendidikan Matematika untuk yang pertama, sedangkan pilihan prodi kedua belum saya isi karena masih bingung. Akhirnya saya berkonsultasi dengan orang tua saya. Mereka menginginkan saya untuk memilih prodi Pendidikan Fisika. Daripada kosong, saya mengisi formulir tersebut dengan prodi tersebut. Saya mengalami kegagalan pada tes pertama. Namun, saya tidak putus asa. Saya sangat menyadari bahwa peluang saya untuk diterima melalui tes ini sangat kecil. Hal ini dapat saya ketahui dari pengalaman kakak – kakak kelas saya sebelumnya. Selain mengikuti PMDK UM, saya juga mengikuti PMDK Poltekes Malang, namun orang tua saya tidak merestui. Seperti yang awal, saya gagal pada PMDK Poltekes. Sebagai langkah berikutnya, saya mengikuti tes Mandiri I dan SNMPTN yang pada waktu itu pendaftarannya sama. Agar saya bisa lulus tes ini, saya mengikuti bimbingan belajar (bimbel). Saya mengikuti bimbingan ini hanya 2 minggu padahal waktu yang disediakan 2 bulan dari bimbel tersebut. Saya memutuskan mengikuti bimbel ini setelah saya mengetahui saya tidak lulus PMDK Poltekes padahal waktu bimbel telah berjalan 1 bulan. Dengan keberanian dan kesungguhan saya agar saya bisa masuk UM, saya memaksa orang tua saya untuk mendaftarkan bimbel tersebut. Saya sangat kasihan melihat orang tua saya. Mereka membayar uang bimbel tersebut dari pinjaman. Saya menyadari betapa saya memaksakan kehendak terhadap orang tua saya. Saya berusaha keras dan tekun dalam mengikuti bimbel ini dan setiap sebelum bimbel dimulai, saya berdoa bahwa saya mengikuti bimbel agar bisa mengerjakan tes masuk UM agar orang tua saya tidak rugi. Tes Mandiri I dan SNMPTN telah saya jalani dengan memilih prodi yang sama.  Saya sangat terkejut, ternyata tes Mandiri I saya gagal. Saya sangat sedih dan putus asa karena peluang saya sangat tipis. Saya sangat sedih sekali dan malu karena telah mengecewakan orang tua saya. Saya hanya bisa mengandalkan SNMPTN tetapi saya hanya yakin 50% karena begitu banyaknya peserta yang ikut baik dari dalam maupun luar kota bahkan provinsi. Saya hanya bisa dan pasrah kepada Tuhan. Saya hanya berfikir, Tuhan pasti adil. Saya hanya bisa menangis merasakan itu semua. Tetapi, orang tua saya memberi semangat kepada saya untuk mengikuti tes Mandiri II. Saya sangat pesimis dan mengatakan bahwa saya sudah lelah dan tidak ingin kecewa lagi. Mereka tetap menginginkan saya ikut agar tidak terjadi penyesalan. Akhirnya, untuk menyenangkan hati orang tua saya, saya mengikuti tes tersebut. Tujuan saya cuma satu, yaitu membuat hati mereka senang dan tenang.

Pengumuman SNMPTN tiba, saya mendapat berita dari teman saya bahwa saya lulus SNMPTN. Saya sangat terkejut dan esoknya saya melihat pengumuman tersebut. Saya dan orang tua saya sangat bersyukur sehingga mengadakan tasyakuran kecil-kecilan. Di balik kebahagiaan tersebut, saya sangat sedih karena saya tidak diterima prodi Pendidikan Matematika tetapi diterima di prodi Pendidikan Fisika. Sebenarnya saya takut, karena sejak SMA saya tidak begitu mahir dalam bidang fisika. Saya menganggap bahwa fisika adalah setan yang membuat kepala tambah pusing, dengan kata lain, fisika sangat sulit. Saya berfikir, jika saya menolak masuk UM, pasti orang tua saya sangat sedih, merasa rugi besar, dan belum tentu kesempatan ini terulang kembali. Seandainya saya menerima atau memilih untuk masuk, saya merasa tersesat dan takut tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas yang akhirnya putus di tengah kuliah. Saya juga berkonsultasi kepada salah satu guru di SMA saya. Beliau menyarankan agar saya mengambil prodi ini, mengingat di sekolah saya sangat minim sekali guru fisika dan beliau menyuruh saya agar saya belajar dengan teku agar lulus dengan nilai yang memuaskan dan bisa mengajar di sekolah saya sendiri. Dua hari sebelum registrasi, saya sempat bergurau dengan orang tua saya tentang apa saya jadi masuk UM. Orang tua saya tertawa dan berkata dengan semangat bahwa saya jadi kuliah di UM. Akhirnya, dari usulan guru saya dan keinginan orang tua saya, saya mengambil prodi Pendidikan Fisika. Saya akan mengubah keadaan agar saya tidak merasa tersesat di bidang ini tetapi merasa senang karena memang ini jalan yang harus saya tempuh. Kini, saya sedikit demi sedikit merasa bahwa fisika adalah pilihan yang tepat bagi saya.

Setiap pilihan pasti ada risiko. Kini saya harus mempersiapkan mental untuk menerima semua risiko dan tidak boleh ada kata menyesal karena inilah jalanku dan kehidupanku sekarang. Perjuangan masih panjang, mulai sekarang saya harus mengejar ketertinggalan saya dalam ilmu-ilmu saat SMA terutama ilmu fisika. Saya harus bisa belajar dengan tekun dan meraih nilai yang baik agar saya dalam meraih cita-cita tidak menemui kesulitan yang besar. Kini cita-cita saya adalah menjadi seorang Guru Fisika terutama menjadi guru di sekolah saya baik itu SMP atau SMA dan membuka bimbingan belajar agar para siswa di daerah saya tidak menemui kesulitan seperti saya dulu dan menganggap fisika bukan hal yang harus ditakuti melainkan hal yang dinikmati. Semoga Tuhan memang menakdirkan saya di Fisika dan apa yang saya rencanakan ini dikabulkan oleh Tuhan. Amien.

atau download disini

Template by : kendhin x-template.blogspot.com